Menikmati Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta


Suasana Keraton Yogyakarta di hari Minggu semakin ramai dipadati oleh wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Keraton Yogyakarta sebagai ikon budaya yang memiliki koleksi penyimpanan benda-benda pusaka dengan tujuan agar wisatawan dapat melihat dan mempelajari nilai-nilai kebudayaan dan tradisi yang ada di keraton. Namun, Keraton Yogyakarta tidak hanya sebagai wisata sejarah tetapi di sana juga terdapat warisan seni yang telah dilestarikan sehingga menjadi pertunjukkan setiap hari Minggu yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Pertunjukkan seni ini ialah Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta.
 Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta dilaksanakan secara rutin setiap hari Minggu pada pukul 10.00-12.00 WIB di Keraton Yogyakarta. Keraton ini buka setiap hari Senin-Minggu pada pukul 08.00-14.00 WIB yang terletak di Jalan Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Akses untuk menuju Keraton Yogyakarta dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi maupun bus pariwisata sejauh 4,1 kilometer dari jalan raya Pasar Kembang, tepatnya dari Stasiun Tugu Yogyakarta. Lokasinya berjarak 110 meter dari alun-alun utara Yogyakarta.

Sumber: Dokumen Pribadi

Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta terbuka untuk umum dan tanpa dipungut biaya. Hanya membeli tiket masuk ke dalam keraton terlebih dahulu sebesar Rp7.500,00 untuk wisatawan domestik dan Rp12.500,00 untuk wisatawan mancanegara. Tiket tersebut sudah termasuk untuk melihat Pagelaran Seni Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Ketika wisatawan ingin mendokumentasikan di dalam keraton dengan menggunakan kamera dapat meminta izin terlebih dahulu dengan membayar sebesar Rp1.000,00. Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta dilakukan di Plataran Bangsal Sri Manganti yang berfungsi sebagai tempat pementasan kesenian budaya Keraton Yogyakarta. Selain itu, plataran tersebut berfungsi sebagai tempat sultan menjamu tamu. Plataran Bangsal Sri Manganti setiap hari menampilkan berbagai macam kesenian yang berbeda-beda seperti Pagelaran Karawitan yang dilaksanakan setiap hari Senin dan Selasa pada pukul 10.00-12.00 WIB, Pertunjukan Wayang Golek yang dilaksanakan setiap hari Rabu pada pukul 10.00-12.00 WIB, Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta yang dilaksanakan setiap hari Minggu pada pukul 10.00-12.00 WIB, dan Macapatan yang dilaksanakan setiap hari Jumat pada pukul 10.00-12.00 WIB. Di plataran wisatawan diimbau untuk tidak dapat naik maupun duduk di plataran karena di dalam plataran terdapat barang-barang pusaka kerajaan. Oleh sebab itu, wisatawan yang melihat pagelaran hanya dapat duduk di pinggir-pinggir  mengelilingi plataran. Ketika pagelaran sedang berlangsung wisatawan yang sedang berkunjung ke keraton langsung ingin melihat pagelaran tersebut karena sebelum dimulai ada pembukaan yang diiringi dengan gamelan klasik Jawa terlebih dahulu. Alasan Pagelaran Tari Klasik ini dilaksanakan setiap hari Minggu karena banyaknya wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke keraton sehingga dapat menjadi pertunjukkan yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Di samping itu, pagelaran tari klasik ini merupakan seni tari yang terhormat di Keraton Yogyakarta karena awal mula tari klasik ini dibentuk melalui sejarah Kesultanan Yogyakarta yang memiliki nilai-nilai luhur didalamnya. Dapat dilihat dari gerakan kepala, tangan, badan, dan kaki memiliki makna dan filosofi tertentu. Dalam pemakaian gamelan dan pakaian memiliki aturan-aturan yang diterapkan pada tradisi kebudayaan di keraton. 

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta setiap minggunya diperankan oleh berbagai paguyuban, sekolah, sanggar tari, dan universitas yang ada di wilayah Yogyakarta. Salah satunya pada hari Minggu tanggal 15 September 2019 Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta yang diperankan oleh siswa SMKI Yogyakarta. Para penari adalah siswa jurusan seni tari sedangkan para pengrawit adalah guru dan siswa jurusan karawitan. Siswa SMKI Yogyakarta akan membawakan empat tarian yaitu Tari Golek Ayun-Ayun, Tari Klana Alus Cangklek, Tari Klana Raja, dan Tari Beksan Srikandi Suradewati. Sebelum pagelaran ini dimulai, di pinggir Plataran Bangsal Sri Manganti sudah dikelilingi oleh wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang pada saat itu berkunjung ke keraton. Ketika Pagelaran Tari Klasik  telah dimulai nuansa semakin terasa khidmat dengan nuansa Jawa yang kental karena dilengkapi dengan pembawa acara yang berbahasa kromo. Pembawa acara yang ada di sana menggunakan bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris untuk memudahkan wisatawan mancanegara ketika melihat pagelaran tersebut.

 Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

Penampilan pertama yaitu Tari Golek Ayun-Ayun merupakan salah satu bentuk tarian tunggal putri gaya Yogyakarta yang diciptakan pada tahun 1976 oleh Romo Sas. Tarian ini menggambarkan gadis yang sedang menginjak masa remaja dan divisualisasikan dalam gerakan menyembah kemudian dilanjutkan dengan gerakan menghias diri agar terlihat cantik. Kemudian diakhiri dengan duduk sembahan. Tari Golek Ayun-Ayun ditarikan dengan gerakan yang sangat lembut dan menggambarkan karakter senang sehingga terlihat  sedang menyulam dan bersolek. Ketika siswa SMKI menari Tari Golek Ayun-Ayu menggunakan kostum rompi bludru sulam emas dengan kain yang bercorak parang rusak dan dilengkapi dengan properti lainnya seperti cincin, gelang klana, kalung tanggalan, dan lain-lain. Tari Golek Ayun-Ayun ini ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan di keraton dengan menggunakan iringan gamelan klasik Jawa gending ayun-ayun. 

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

Penampilan kedua yaitu Tari Klana Alus Cangklek merupakan salah satu bentuk tarian tunggal putra alus gaya Yogyakarta yang diciptakan pada tahun 1976 oleh K.R.T Candraradana. Tarian ini menggambarkan cerita seorang raja dari Kerajaan Parang Teja, Kerajaan Prabu Jungkung Mardya yang sedang jatuh cinta kepada Dewi Wara Srikandi. Tari Klana Alus Cangklek ditarikan dengan gerakan  maju gending kemudian kiprahan halus melalui ungkapan gerak Muryani Busana kemudian diakhiri dengan mundur gending. Tarian ini diungkapkan sebagai Muryani Busana karena memiliki makna sebagai orang berbusana sambil bersolek. Ketika siswa SMKI menari Tari Klana Alus Cangklek menggunakan kostum kain parang dengan celana cindhe merah dan dilengkapi dengan properti lainnya seperti kulitan perhiasan sumping, keris, sabuk, kamus timang, dan lain-lain. Tari Klana Alus Cengklek ini biasanya ditampilkan di istana untuk para raja dan menyambut tamu kehormatan di keraton dengan menggunakan iringan gamelan klasik Jawa gending ladrang cangklek.

 Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

        Kegiatan Pagelaran ini telah dilakukan dengan baik. Antusiasme para wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara dengan wajah gembira melihat Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Mereka mendokumentasikan kegiatan ini mulai dari awal pertunjukkan gamelan hingga tarian akhir yang ditutup dengan gamelan juga. Gerakan tarian yang ditampilkan secara umum sangat lembut dan terlihat memukau. Siswa SMKI Yogyakarta menampilkan tarian dengan ekspresi senyum sehingga terlihat sedang menggambarkan bentuk karakter tokoh seseorang. Oleh sebab itu, wisatawan yang melihat tidak merasa bosan karena setiap pergantian tarian, diiringi intro musik gamelan yang berbeda-beda. Kostum yang dikenakan penari juga sangat rapi dengan riasan penari yang dapat memanjakan mata wisatawan untuk melihatnya.  Namun, terdapat beberapa unsur-unsur fasilitas yang tidak disediakan pada saat pagelaran telah berlangsung. Di pinggir-pinggir Plataran Bangsal Sri Manganti tidak disediakannya kursi untuk penonton. Wisatawan hanya duduk di bawah dengan menggunakan karpet yang terbatas sehingga wisatawan yang tidak kebagian duduk dikarpet melihat pagelaran sambil berdiri. Selain itu, di Plataran Bangsa Sri Manganti juga tidak ada informasi mengenai jadwal pertunjukan tari maupun Wayang Golek dari sehingga wisatawan tidak mengerti kapan saja pertunjukan itu dilaksanakan. Terkadang wisatawan melihat pagelaran hanya kebetulan karena sedang berada di Keraton Yogyakarta. Hanya saja, pada saat siswa SMKI Yogyakarta menampilkan tarian klasik gaya Yogyakarta sedikit telat sehingga wisatawan harus menunggu terlalu lama. Seharusnya Pagelaran Tari Klasik Gaya Yogyakarta ditampilkan pada pukul 10.00 WIB tetapi tarian baru memulainya pada pukul 11.00 WIB.















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pencinta Yamie? Wajib Cicip Yamie Panda Terenak di Yogyakarta

Wisata Berkuda dan Kuliner: Kompleks Candi Gedong Songo